Palembang, JNNews.co.id –Pemerintah provinsi (pemprov) Sumatera Selatan (Sumsel) dalam hal ini diwakili oleh Wakil Gubernur Sumsel H Mawardi Yahya menghadiri kuliah umum ALDERA Potret gerakan politik kaum muda 1993-1999. Kegiatan ini sendiri dipusatkan di Aula Graha Sriwijaya Universitas Sriwijaya (UNSRI), Kamis (26/1/2023).
Turut hadir dalam acara tersebut Anggota VI Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) DR Pus Lustrilanang, S.IP.,M.SI.,CFRA.,CSFA, Rektor UNSRI Prof Dr Ir H Anis Saggaf, MSCR.,IPU.,Asean.Eng, Profesi Fakultas Ekonomi Prof Dr Bernadetter Robiani, M.Sc, Wakil Dekan I/Lektor Kepala Fakultas Hukum DR Mada Apriandi, S.H.,MCL, dan undangan lainnya.
Dikatakan Wagub Sumsel H Mawardi Yahya, acara pada hari ini tidak ada lain akan bedah buku yang disebut adalah perjuangan salah satu anak bangsa kita sekarang sudah menjadi anggota VI BPK RI.
Dimana tadi sudah kita baca sekali berupa judul-judulnya, bagaimana salah satu perjuangan dari anak bangsa kita yang sekarang mungkin sama dengan adik-adik sekarang.
“Beliau menyampaikan waktu itu hampir 32 tahun bangsa Indonesia yang mempunyai pendapat yang dipimpin secara otoriter, tentunya melalui perjuangan-perjuangan,” ujarnya.
Kemudian, bagaimana harapannya supaya kedepan bangsa Indonesia benar-benar dipimpin secara demokrasi dan berpihak kepada masyarakat.
Perjuangan beliau bersama teman-temannya lebih kurang 6 tahun lebih, dari tahun 1993-1999. Alhamdulillah berhasil sekarang memasuki yaitu masa daripada reformasi.
“Reformasi ini sudah berjalan lebih kurang 20 tahun, bagaimana tentunya dalam perjuangan beliau ini akan memberikan sumbangsih kepada para generasi-generasi yang akan datang,” ungkapnya.
Menurut Rektor UNSRi Prof Ir H Anis Saggaf, dimana untuk mahasiswa UNSRI pada saat ini berjumlah lebih kurang 36 ribu, ada yang di kampus Indralaya dan ada yang di kampus Palembang.
Mereka adalah anak-anak generasi penerus kita yang akan melanjutkan tongkat estafet kepemimpinan negara kita ini.
“Mereka adalah anak-anak yang baik, anak-anak yang cerdas, tidak ada yang masuk UNSRI yang tidak ada tes, semuanya lulus tes dengan persaingan yang sangat ketat,” katanya.
Dilanjutkannya, sehingga pada saat ini UNSRI khususnya untuk Sarjana Strata 1 (S1) mereka menempuh pendidikan paling banyak atau paling lama 3,5 tahun atau 7 Semester, dan ini merupakan prestasi yang luar biasa bagi Unsri.
Dan catatan kami saat ini, kalau ada yang masih tambah waktu itu hampir tidak ada yang lewat 9 Semester, jadi ini merupakan kebanggan bagi kita semua.
“Sehingga produk yang dibuat oleh Perguruan Tinggi itu bisa cepat dimanfaatkan untuk kepentingan bangsa dan negara,” imbuhnya.
Masih dilanjutkannya, Masih dilanjutkannya, Unsri pada saat ini sudah mendeclear sebagai Universitas maju dan sesuai dengan nama kita Universitas Sriwijaya, jadi Maju dan Jaya, dengan sumber daya manusia unggul, yang berakhlak mulia, inilah proses pendidikan yang dilakukan oleh Unsri.
Hari ini UNSRI memang meminta secara khusus kepada tokoh nasional Anggota VI BPK RI untuk memberikan kuliah umum kepada anak-anak kita.
“Tentang bagaimana pengalaman beliau mulai dari sekolah sampai yang berkiprah di masyarakat dan sampai sekarang menjadi pejabat anggota VI BPK RI dan ini menurut saya sangatlah penting tauladan untuk kita,” bebernya.
Masih disampaikannya, bagaimana beliau bisa eksis dan dicintai oleh masyarakat. Pada hari ini juga beliau menulis buku yang berjudul ALDERA, dan beliau juga nanti akan menjelaskan tentang buku itu.
Dimana ada 2 pembahas didalam kegiatan ini yakni Profesi Fakultas Ekonomi Prof Dr Bernadetter Robiani, M.Sc, Wakil Dekan I/Lektor Kepala Fakultas Hukum DR Mada Apriandi, S.H.,MCL.
“Buku ini sangat penting bagi untuk anak-anak kita didalam menambah wawasan mereka dan dibaca oleh kita semua,” ucapnya.
Begitu juga ditambahkan Anggota VI DPR BPK RI DR Pus Lustrilanang, S.IP.,M.SI.,CFRA.,CSFA, dimana mahasiswa menjadi kontrol sosial harus tetap mengingatkan yang memiliki kekuasaan agar tidak lupa dengan rakyat.
Kekuasaan harus terus diawasi lantaran hal tersebut tidak bisa diserahkan sepenuhnya kepada partai politik dan pada lembaga-lembaga tinggi negara.
“Ketika ditanyai terkait perbedaan tantangan yang dihadapi oleh mahasiswa saat ini dengan zaman dulu, dimana pada zaman dulu lebih sulit karena dibawah kepemimpinan yang otoriter sehingga nyawa bisa terancam,” jelasnya.(DNL)