Ribuan pelajar dan mahasiswa dari berbagai daerah melakukan aksi damai menolak penggunaan hak angket DPR RI dan wacana pemakzulan Presiden Joko Widodo. Aksi ini digelar pada Jumat, 8 Maret 2024, di depan kompleks Gedung DPR/DPD/MPR RI, Jakarta, dan diinisiasi oleh Aliansi Mahasiswa se-Jabodetabek serta Pemuda Indonesia Center (PIC).
Latar Belakang Aksi Massa
Kekhawatiran Terhadap Stabilitas Demokrasi
Para peserta aksi menilai bahwa penggunaan hak angket dalam konteks saat ini hanya akan memperuncing ketegangan politik. Mereka menyuarakan kekhawatiran bahwa langkah tersebut berpotensi mencederai stabilitas demokrasi dan pemerintahan yang sedang berjalan.
Menolak Wacana Pemakzulan Presiden
Selain menolak hak angket, massa juga secara tegas menolak isu pemakzulan terhadap Presiden. Mereka menyatakan bahwa upaya tersebut tidak berdasarkan alasan konstitusional yang kuat dan justru memperkeruh iklim politik nasional pasca pemilu.
Jalannya Aksi dan Massa yang Terlibat
Peserta Aksi: Pelajar dan Mahasiswa
Ribuan peserta, yang sebagian besar adalah pelajar dan mahasiswa dari berbagai universitas dan sekolah di Jabodetabek, terlihat mengenakan almamater kampus masing-masing. Mereka membawa spanduk dan poster bertuliskan tuntutan seperti “Tolak Hak Angket!”, “Jaga Persatuan Bangsa!”, dan “Kami Butuh Pendidikan, Bukan Provokasi Politik!”
Orasi dan Seruan Moral
Aksi diisi dengan orasi bergantian dari para perwakilan mahasiswa dan tokoh muda yang mengajak masyarakat untuk tidak terpecah belah oleh konflik politik. Mereka juga menyerukan agar lembaga-lembaga negara fokus pada tugas konstitusional, bukan kepentingan partisan.

Pengamanan oleh Aparat
Keterlibatan Ribuan Personel
Kapolres Metro Jakarta Pusat menyampaikan bahwa sekitar 2.590 personel gabungan dikerahkan dalam pengamanan aksi, terdiri dari unsur TNI, Polri, Satpol PP, dan dinas terkait lainnya. Pengamanan dilakukan dengan pendekatan humanis namun tegas untuk memastikan aksi berjalan kondusif.
Pengaturan Lalu Lintas dan Ketertiban
Pihak kepolisian juga melakukan pengalihan arus lalu lintas di beberapa ruas jalan sekitar Senayan. Langkah ini diambil untuk menghindari kemacetan serta memastikan keamanan dan kelancaran aktivitas warga lainnya di sekitar lokasi aksi.
Sikap dan Pernyataan Peserta
Imbauan untuk Tidak Terprovokasi
Abdul Fakih Ramadani, Ketua Gerakan Pelajar Solid, menyampaikan imbauan kepada seluruh peserta aksi agar tidak terpancing provokasi. Ia menegaskan bahwa aksi ini murni gerakan moral dan bentuk kecintaan terhadap demokrasi Indonesia.
Dukungan terhadap KPU dan Bawaslu
Selain menolak hak angket dan pemakzulan, peserta aksi juga menyuarakan dukungan terhadap KPU dan Bawaslu sebagai penyelenggara pemilu. Mereka meminta semua pihak menghormati hasil pemilu dan tidak melemahkan lembaga penyelenggara demokrasi.
Respons Pemerintah dan Publik
Apresiasi dari Masyarakat Sipil
Sejumlah organisasi masyarakat sipil memberikan apresiasi terhadap pelaksanaan aksi yang berjalan damai. Mereka menilai aksi ini menunjukkan bahwa generasi muda memiliki kepedulian tinggi terhadap isu-isu nasional dan tidak ragu menyuarakan pendapat secara konstruktif.
Sikap DPR Masih Menunggu Proses
Hingga saat ini, belum ada tanggapan resmi dari pimpinan DPR RI mengenai aksi tersebut. Beberapa anggota DPR hanya menyatakan bahwa proses politik masih berjalan dan hak angket adalah bagian dari mekanisme konstitusional yang sah, namun mereka juga mengingatkan pentingnya menjaga stabilitas nasional.
Aksi Moral untuk Demokrasi
Aksi ribuan pelajar dan mahasiswa di depan Gedung DPR RI merupakan bentuk partisipasi aktif generasi muda dalam menjaga integritas demokrasi Indonesia. Dengan menolak hak angket dan pemakzulan presiden, mereka menyuarakan aspirasi untuk stabilitas, kesatuan, dan kemajuan bangsa.
Pesan yang mereka bawa bukan hanya kritik terhadap kebijakan politik, tetapi juga ajakan untuk seluruh elemen bangsa agar tetap bersatu dalam menghadapi tantangan pasca pemilu. Aksi ini menjadi bukti bahwa masa depan demokrasi Indonesia berada di tangan generasi yang sadar, kritis, dan cinta tanah air.