Festival Musik Jalanan yang digelar dalam rangka memperingati Hari Bhayangkara ke-76 menjadi momentum penting dalam pembuktian komitmen Polri terhadap pembangunan ruang demokrasi yang sehat dan inklusif. Acara yang diikuti oleh puluhan musisi jalanan dari berbagai daerah ini ditutup secara langsung oleh Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo di Benteng Vredeburg, Yogyakarta, menandai berakhirnya rangkaian kegiatan yang membawa semangat persatuan dalam balutan seni dan ekspresi kreatif.
Festival Musik Jalanan: Wadah Ekspresi Demokratis
Latar Belakang dan Tujuan Kegiatan
Festival ini bukan hanya bentuk hiburan semata, melainkan sebuah ruang publik alternatif untuk menyampaikan aspirasi. Dengan tema “Setapak Perubahan, Pesan Cinta untuk Indonesia”, kegiatan ini memberikan kesempatan bagi para musisi jalanan, termasuk dari kalangan disabilitas, untuk menampilkan karya yang mencerminkan keresahan sosial, kritik konstruktif, maupun harapan akan Indonesia yang lebih baik.
Partisipasi Komunitas dan Dampaknya
Musisi dari berbagai penjuru tanah air hadir dan tampil membawakan lagu-lagu yang sarat makna. Tak hanya soal musikalitas, namun juga semangat inklusi dan keberagaman yang kental. Penampilan mereka disambut antusias oleh masyarakat dan menjadi bukti bahwa ruang demokrasi dapat dibangun melalui kesenian.
Pernyataan dan Komitmen Kapolri
Komitmen Membangun Demokrasi Positif
Dalam sambutannya, Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo menegaskan bahwa ruang demokrasi bukan hanya tentang kebebasan menyampaikan pendapat dalam bentuk formal, tetapi juga mencakup ekspresi kreatif yang sehat. Menurutnya, Polri akan terus membuka wadah serupa di berbagai daerah untuk menyerap aspirasi masyarakat melalui cara yang damai dan membangun.
Musik sebagai Medium Persatuan
Kapolri juga menyampaikan bahwa musik adalah bahasa universal yang mampu menyatukan berbagai latar belakang masyarakat. “Melalui musik, kita ingin menunjukkan bahwa perbedaan bisa dirayakan, bukan dijadikan alasan untuk terpecah. Ini semangat Bhayangkara yang sejalan dengan Pancasila,” ujarnya.

Musik Jalanan sebagai Instrumen Demokrasi Baru
Kekuatan Seni dalam Mendorong Dialog Sosial
Musik jalanan selama ini sering dipinggirkan, padahal ia memiliki daya jangkau yang kuat terhadap publik akar rumput. Dalam festival ini, Polri memberikan legitimasi terhadap musik jalanan sebagai media dialog yang sah. Lagu-lagu yang dibawakan memuat kritik sosial terhadap pelayanan publik, isu lingkungan, hingga ketimpangan ekonomi, namun disampaikan dengan cara yang menggugah dan damai.
Menumbuhkan Rasa Kepemilikan terhadap Demokrasi
Dengan memberikan panggung kepada musisi jalanan, Polri seolah mengembalikan ruang demokrasi kepada rakyat. Masyarakat yang selama ini merasa terpinggirkan kini memiliki ruang yang sah untuk didengar. Hal ini mendorong tumbuhnya rasa kepemilikan dan tanggung jawab terhadap kehidupan demokrasi di Indonesia.
Sinergi Demokrasi dan Kebudayaan
Festival Musik Jalanan bukan hanya acara seremoni, tapi simbol bahwa demokrasi bisa dibangun dengan cara yang lembut, kreatif, dan membumi. Komitmen Kapolri untuk menjadikan seni sebagai jembatan antara negara dan rakyat memperkuat bahwa keamanan dan keteraturan sosial dapat dibangun tanpa kekerasan, melainkan melalui ekspresi dan komunikasi yang tulus.
Inisiatif ini layak menjadi contoh untuk institusi lain agar tidak ragu menjadikan kebudayaan sebagai alat dialog dan rekonsiliasi sosial. Jika ruang semacam ini terus dibuka dan dijaga, maka demokrasi Indonesia tidak hanya akan bertahan, tetapi juga tumbuh subur dan inklusif di seluruh lapisan masyarakat.