Palembang, (Jnnews) | Muhamad Nasir, sosok kelahiran Desa Beringin, Muaraenim, Sumatera Selatan, pada 16 Mei 1969, adalah figur multitalenta yang telah menorehkan lebih dari dua dekade pengabdian dalam bidang seni, sastra, pendidikan, dan jurnalisme. Keberagaman peran yang ia emban, mulai dari akademisi, jurnalis senior, hingga sastrawan, menjadikannya salah satu tokoh kebudayaan yang memiliki visi besar untuk mengembangkan kekayaan budaya di Palembang dan Sumatera Selatan. Nasir bukan hanya produktif, tetapi juga penuh dedikasi untuk menjaga dan memperkaya nilai-nilai seni dan literasi bagi masyarakat luas.
Nasir memulai perjalanan akademiknya di Tanjungkarang, Lampung, untuk pendidikan dasar dan menengah, sebelum melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi di STKIP PGRI Palembang (kini Universitas PGRI Palembang). Di sana, ia berhasil meraih gelar sarjana pada tahun 1994. Semangatnya dalam memperdalam ilmu pengetahuan tidak berhenti sampai di situ; Nasir meraih gelar magister pada tahun 2011 dari universitas yang sama dan saat ini tengah menempuh studi doktoral di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Langkah ini menunjukkan dedikasinya yang kuat terhadap pendidikan, sebagai fondasi bagi upayanya untuk memajukan kebudayaan.
Di dunia akademik, Nasir telah memberikan kontribusi signifikan sebagai pengajar. Ia memulai karier sebagai dosen di Universitas PGRI Palembang, mengasuh mata kuliah Keterampilan Pers dan Jurnalistik. Pengabdiannya di dunia pendidikan juga meluas ke sejumlah institusi lain di Palembang, termasuk Universitas Tridinanti, Universitas IBA, STISIPOL Candradimuka, dan Universitas Tamansiswa. Melalui perannya sebagai dosen, Nasir tidak hanya mengajarkan teori, tetapi juga membimbing mahasiswa untuk mengembangkan kemampuan kritis dan kreatif, terutama di bidang seni dan jurnalistik. Hal ini mencerminkan komitmennya dalam membentuk generasi muda yang memiliki kecintaan mendalam terhadap seni, literasi, dan budaya.
Nasir juga memiliki reputasi cemerlang di dunia jurnalistik. Kariernya sebagai jurnalis senior telah terasah di berbagai media besar, seperti Sumatera Ekspres, Sinar Harapan, dan Harian Bisnis Indonesia. Pengalamannya selama bertahun-tahun sebagai jurnalis memberinya perspektif yang luas tentang isu-isu sosial, politik, dan budaya. Pandangan-pandangan tersebut kemudian ia tuangkan dalam sejumlah karya tulis yang telah dipublikasikan, baik dalam bentuk buku politik, cerpen, maupun kumpulan puisi. Karya-karyanya, seperti Jejak Politik Syahrial Oesman (2005), Kaya dengan Menulis Karya Sastra (2011), serta antologi puisi Suara Kemanusiaan (2022), tidak hanya menunjukkan produktivitasnya sebagai penulis, tetapi juga keseriusan Nasir dalam menyuarakan isu-isu kemanusiaan dan sosial melalui literasi.
Pengabdian Nasir di bidang seni semakin terlihat ketika ia mulai terlibat aktif dalam Dewan Kesenian Palembang (DKP). Sejak 2019, Nasir menjabat sebagai anggota Komite Sastra DKP untuk periode 2019-2024. Pada tahun 2024, ia kemudian diangkat sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Sekretaris DKP, peran yang memberinya tanggung jawab lebih besar dalam mengelola program dan kegiatan kebudayaan. Melalui posisinya di DKP, Nasir tidak hanya berperan sebagai penggerak kegiatan seni, tetapi juga sebagai sosok yang peka terhadap kebutuhan seniman lokal. Ia memahami dinamika dunia seni di Palembang dan Sumatera Selatan, serta berupaya menciptakan kolaborasi yang lebih kuat antar komunitas seni.
Selain aktif di dunia seni dan pendidikan, Nasir juga memiliki pengalaman dalam bidang manajemen media. Ia terlibat dalam pengelolaan media internal REI Sumsel serta beberapa media lokal lainnya. Kemampuan manajerialnya yang terasah dari pengalaman ini memberinya keunggulan dalam memimpin, terutama dalam hal komunikasi dan strategi. Pengalaman ini membuatnya mampu memadukan keahlian jurnalistik dan manajemen dengan visi kebudayaan yang luas.
Kini, dengan pengalaman dan wawasan yang begitu mendalam, Nasir bersiap untuk melangkah lebih jauh menuju kursi Ketua Dewan Kesenian Palembang (DKP). Sebagai calon pemimpin DKP, Nasir memiliki visi besar untuk memperkuat jaringan antar komunitas seni, memperluas akses masyarakat terhadap seni dan budaya, serta mendorong kreativitas berkelanjutan di Palembang. Nasir menyadari bahwa seni bukan hanya sekadar hiburan, melainkan juga bagian dari identitas budaya yang harus terus dikembangkan dan dilestarikan.
Nasir juga bertekad untuk membawa perubahan dalam pola pikir masyarakat terhadap seni, dengan menjadikan seni sebagai elemen penting dalam kehidupan sehari-hari. Ia percaya bahwa melalui pendidikan dan partisipasi aktif, seni dapat menjadi salah satu kekuatan yang menggerakkan transformasi sosial di Palembang dan Sumatera Selatan. Dalam hal ini, kepemimpinan Nasir diharapkan akan mampu menggerakkan DKP menjadi lebih inklusif, inovatif, dan progresif dalam mendukung ekosistem seni lokal.
Dengan pengalaman akademis, jurnalistik, serta pengelolaan seni yang luas, Nasir dipandang sebagai figur yang memiliki kemampuan unik untuk membawa inovasi sekaligus menjaga keberlanjutan budaya lokal. Kepemimpinannya di DKP diharapkan akan membuka babak baru bagi dunia seni di Palembang, di mana kolaborasi antar komunitas seni dan partisipasi masyarakat dapat tumbuh lebih pesat. Muhamad Nasir adalah sosok yang tidak hanya memahami seni dari segi teori, tetapi juga sebagai ekspresi yang hidup dalam keseharian masyarakat Palembang dan Sumatera Selatan. /seno
red