Palembang, jnnews.co.id – Pemerintah Provinsi (Pemprov) Sumatera Selatan (Sumsel) dalam hal ini melalui Dinas Lingkungan Hidup dan Pertanahan (DLHP) Provinsi Sumsel melaksanakan Focus Grup Discussion (FGD) pencegahan dan penanggulangan kebakaran hutan kebun dan lahan pada wilayah ekosistem gambut di provinsi Sumsel Tahun 2024
Ada pun kegiatan FGD ini sendiri dihadiri dan dibuka langsung dari Pemprov Sumsel dalam hal ini Penjabat Gubernur Sumsel Elen Setiadi, S.H., MSE yang diwakili oleh Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sumsel Drs H Edward Candra, M.H, Rabu (28/8/2024).
Didalam kegiatan FGD ini sendiri dihadiri oleh Kepala DLHP Provinsi Sumsel Herdi Apriansyah, S.STP., M.M, Kepala Bidang Pengendalian Kerusakan dan Pemeliharaan Lingkungan Hidup DLHP Provinsi Sumsel DRS Wilman, S.H., M.H, Kepala Seksi Pengendalian Kerusakan Lingkungan DLHP Provinsi Sumsel Deny Sahid, SIP, Kepala Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air (PSDA) Provinsi Sumsel Ir H Herwan, M.M, dan undangan lainnya. Di mana kegiatan ini sendiri dipusatkan di Grand ballrorom Novotel Hotel Palembang.
Dikatakan Sekda Provinsi Drs H Edward Candra, M.H didampingi Kepala DLHP Provinsi ebakaran hutan dan lahan (Karhutlah) disebabkan oleh dua faktor utama, yakni cuaca ekstrim dalam bentuk kemarau panjang yang mengakibatkan kekeringan, membuat lahan rentan terbakar, dan tindakan manusia, baik kelalaian seperti membuang puntung rokok maupun disengaja seperti pembakaran lahan untuk keperluan tradisi sonor.
“Saat ini kita dihadapkan kembali dengan musim kemarau dan adanya potensi bencana karhutlah di Sumsel. Hampir setiap tahun Pemprov Sumsel selalu disibukan dengan bencana karhutlah,” ujarnya.
Kemudian, walaupun tahun ini bencana karhutlah tidak sebesar tahun-tahun sebelumnya, terutama tahun 2019 lalu, karena tahun ini kita mengalami agak sedikit kemarau basah di beberapa daerah. Selain itu, tahun ini kesiapan Pemprov Sumsel dalam menghadapi bencana karhutla lebih siap karena belajar dari pengalaman tahun-tahun sebelumnya.
“Di mana Pemprov Sumsel telah menetapkan siaga karhutla sejak 13 Juni 2024 sampai 30 November 2024 dan telah membentuk Satgas Karhutla sejak 10 Juli 2024,” ungkapnya.
Dilanjutkannya, selain itu kesiapan sarana dan prasarana kita juga cukup siap, seperti ketersediaan helicopter untuk keperluan patroli dan water bombing, juga adanya Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) yang tahun ini dilaksanakan melalui Badan Meteorologi Klimatologi Geofisika (BMKG). Beberapa upaya pencegahan juga telah dilakukan, baik melalui Dinas/Instansi Lingkup Pemprov maupun dari TNI/POLRI.
“Saat sekarang juga kita telah membentuk beberapa Posko Siaga Karhutla di beberapa lokasi yang rawan kebakaran. Sampai dengan bulan Agustus 2024 ini, tercatat ada 1.721 titik hotspot terjadi di Sumsel,” katanya.
Masih dilanjutkannya, di bulan Juli dan Agustus 2024 merupakan puncak musim kemarau di Sumsel, di mana terdapat titik hotspot terbanyak di ke dua bulan tersebut yaitu masing-masing 530 dan 751 titik hotspot. Luas lahan terbakar tercatat sampai dengan bulan Juli 2024 seluas 1501,57 Hektar (ha) dimana seluas 884,45 ha terjadi di lahan mineral dan 617,12 Ha terjadi di lahan gambut.
“Dalam kurun waktu kurang dari 10 tahun terakhir, Sumsel telah mengalami karhutlah yang cukup besar sebanyak 3 (tiga) kali, yaitu tahun 2015, 2019 dan sekarang tahun 2023, sehingga banyak masyarakat berpendapat El Nino di Sumsel terjadi setiap 4 (empat) tahun
sekali,” ucapnya.
Masih Diungkapkannya, akar permasalahan adanya kebakaran hutan dan lahan adalah masih banyaknya masyarakat yang membuka lahan dengan cara tradisional yaitu dengan cara bakar, walaupun tidak tertutup kemungkinan dunia usaha, baik pemegang Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu (IUPHHK) dan pemegang izin Perkebunan, juga secara tidak langsung ataupun diam-diam masih ada yang membuka lahan dengan cara bakar.
“Permasalahan ini perlu kita selesaikan bersama dan harus ada solusi. Memang cara buka lahan dengan membakar adalah cara yang sangat mudah, efektif dan sangat murah, yang tidak memerlukan banyak tenaga kerja dan modal yang besar, namun sangat merugikan banyak
pihak,” imbuhnya.
Masih Disampaikannya, di mana melalui FGD ini, saya meminta kepada kita semua untuk dapat merumuskan dan berperan aktif dalam melakukan pencegahan kebakaran hutan, Kebun dan lahan. Mencegah lebih baik daripada menanggulangi, dan kami juga meminta dukungan dan bantuan baik dari masyarakat maupun dunia usaha agar kiranya dapat membantu dalam kegiatan pencegahan dan
pengendalian kebakaran hutan, kebun dan lahan.
“Kepada Aparatur Penegak Hukum, saya harapkan juga tetap bekerja sesuai aturan, tindak tegas pembakar lahan, baik masyarakat maupun
korporasi/perusahaan, sehingga ada efek jera bagi pembakar lahan, bila perlu diumumkan di khalayak publik khususnya bagi korporasi/perusahaan yang lahan konsesinya terjadi kebakaran,” bebernya.