Konflik Politik Dan Keagamaan Di Indonesia
JAKARTA, (www.JNnews.co.id) | Indonesia sebagai negara hukum yang berintikan semua warga Indonesia tanpa dibeda – bedakan suku, agama, dan antar golongan, sama di hadapan hukum dan pemerintahan.
Pancasila sebagai ideologi negara yang liberal, pandangan filsafat, dan tradisi politik yang didasarkan pada pemahaman bahwa kebebasan dan persamaan hak adalah nilai politik yang utama. Secara umum, liberalisme mencita-citakan suatu masyarakat yang bebas, dicirikan oleh kebebasan berpikir bagi para individu.
Paham liberalisme menolak adanya pembatasan, khususnya dari pemerintah dan agama. Realitas tersebut telah menjadi nasib bagi setiap masyarakat di manapun masyarakat itu berada.
Kenyataan sosial menegaskan bahwa masyarakat-masyarakat di dunia ini terdiri dari berbagai macam etnis, agama dan golongan. Kenyataan seperti itu tidak jarang menciptakan problem sosial seperti masalah konflik dan disintegrasi.
Konflik sosial yang biasanya terjadi pada masyarakat di Indonesia ialah masalah perbedaan pendapat yang berkaitan dengan politik dan agama. Apalagi jika menyangkut tentang SARA, yakni berupa informasi mengenai isu-isu politik yang menyebarluaskan berita yang belum tentu benar adanya.
Isu sara ialah berbagai pandangan dan tindakan yang didasarkan pada sentimen identitas yang menyangkut keturunan, agama, kebangsaan atau kesukuan dan golongan. Setiap tindakan yang melibatkan kekerasan, diskriminasi dan pelecehan yang didasarkan pada identitas diri dan golongan sehingga terjadi kesalah pahaman antar masyarakat dan menimbulkan perpecahan antar golongan.
Media sosial tidak hanya digunakan untuk kepentingan interaksi sosial saja seperti menemukan teman lama, mencari teman baru, dan lain sebagainya, tetapi juga dapat digunakan untuk hal-hal yang berkaitan dengan usaha seperti berjualan secara online, kampanye politik, serta penyebaran isu -isu SARA (suku, agama, ras, antar golongan) yang sangat erat keterkaitannya dengan kepentingan politik. Memasuki tahun-tahun politik di Indonesia, bukan hal yang baru jika di media sosial seringkali ditemui postingan-postingan yang mengandung unsur SARA dimana kebenaran dan kejelasan informasinya tidak dapat dipertanggung jawabkan. Tidak jarang postingan SARA yang menyebar melalui media sosial tersebut menciptakan hubungan sosial yang tidak sehat dalam kehidupan nyata sehari-hari.
Penyebab timbulnya konflik politik dan keagamaan di Indonesia yang dapat di pahami melalui jalan fikir sosiologis bahwa sara merupakan sebuah potensi yang dapat menciptakan berbagai konflik sosial, agama tidak boleh digunakan untuk sarana berpolitik apalagi dengan menyebarkan informasi yang tidak relevan.
Bahkan negara selalu mengkonstruksikan bahwa sara merupakan unsur yang dapat memecah belah kesatuan dan persatua bangsa sehingga harus selalu di waspadai. Dan dampak negatif yang disebabkan oleh konflik sosial ialah, Menimbulkan perubahan kebribadian pada individu, Keretakan hubungan antar anggota kelompok Terdapat domoniasi, juga penaklukan, yang terjadi pada salah satu pihak yang terlibat dalam konflik Jadi yang dapat ditarik dari uraian di atas adalah bahwa factor-faktor yang menjadi penyebab konflik sosial sangat beragam. Berbagai factor yang dapat diidentifikasi antara lain ialah kesenjangan ekonomi, politisi sara, strategi kebudayaan yang tidak cukup mengakomodasi perbedaan.
Oleh ; Muthoharoh (6670200032 – Universitas Sultan Ageng Tirtayasa).
Editor-Roy.
Redaktur-