KLUNGKUNG,jnnews,co.id I Paket ASTAGUNA Kenakan topeng saat Simakrama ke- Puri Nyalian, disambut hangat oleh Penglingsir Puri Nyalian ,Tjokorda Alit Semaraputra, warga dan relawan.
Calon Bupati I Made Kasta dan calon Wakil Bupati I Ketut Gunaksa yang merupakan pasangan paket dari ASTAGUNA . Dimana, paslon ini diusung oleh partai Golkar, partai Demokrat dan partai Buruh.
Made Kasta dan Ketut Gunaksa adalah figur pemimpin yang mengawali karirnya dari Kaur Desa , Kepala Desa, Bendesa Adat dan menjadi anggota DPRD.
Bahkan, Made Kasta pernah duduk sebagai wakil Bupati Klungkung selama dua periode dan menjadi Plt.Bupati Klungkung, selama satu bulan tujuh hari.
Jejak pengalaman dari bawah membuatnya menjadi sosok figur yang di nanti -nanti oleh masyarakat untuk memimpin Klungkung dalam lima tahun kedepan.
Disela-sela Simakramanya di Puri Nyalian, Made Kasta dan Ketut Gunaksa mengenakan topeng tampak suasana religius terpancar saat itu.
Saat ditanya oleh awak media mengapa dirinya mengenakan topeng , Kasta menyebutkan bahwa topeng sering digunakan dalam pertunjukan seni, seperti tari topeng, untuk menggambarkan berbagai karakter, termasuk dewa, raja, dan makhluk mitologis.
“Selain sebagai alat untuk bercerita, topeng juga dianggap memiliki kekuatan spiritual, melambangkan transformasi dan penghubung antara dunia manusia dan dunia dewa,”ujarnya.
Penggunaan topeng dalam upacara keagamaan dan ritual juga mencerminkan nilai-nilai budaya, identitas, dan tradisi masyarakat Bali.
“Setiap topeng memiliki simbolisme tersendiri, mencerminkan sifat dan karakter yang diwakilinya,”imbuhnya.
Selain itu, pembuatan dan pemakaian topeng sering melibatkan proses sakral, menunjukkan penghormatan terhadap warisan budaya dan spiritual masyarakat Bali.
Labih lanjut, Kasta menyebutkan,topeng melambangkan kemampuan individu untuk berubah dan mengatasi tantangan dalam hidup. Dengan mengenakan topeng, penari dapat menggambarkan berbagai karakter dan emosi, menciptakan ruang untuk refleksi dan pemahaman diri.
Kemudian, ada dualitas openg sering kali merepresentasikan dualitas kehidupan, seperti kebaikan dan kejahatan, atau aspek terang dan gelap dari jiwa manusia.
“Ini mengajak penonton untuk merenungkan keseimbangan antara dua sisi tersebut,”sebutnya.
Dari sisi persepsi dan Ilusi,topeng juga mengingatkan bahwa apa yang terlihat mungkin tidak selalu mencerminkan kenyataan.
“Hal ini mengajak kita untuk lebih dalam memahami esensi seseorang, di balik penampilan luar,”sebutnya.
Dia juga menambahkan ada koneksi spiritual dalam banyak ritual, topeng berfungsi sebagai perantara untuk berkomunikasi dengan dunia spiritual.
Mereka dianggap dapat membawa energi positif dan perlindungan, menghubungkan manusia dengan dewa dan leluhur.
Jadi, ada pendidikan moral melalui cerita yang dibawakan, topeng sering menyampaikan pelajaran moral dan etika, mengajarkan nilai-nilai kehidupan kepada penonton.
“Dengan demikian, topeng bukan sekadar alat seni, tetapi juga sarana untuk menyampaikan pesan-pesan yang mendalam dalam konteks budaya dan spiritual masyarakat Bali,”pungkasnya.(jnews).