Palembang, JNNews.co.id –Dimana untuk Luas hutan mangrove di Provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) saat ini mencapai diangka 171629 hektar, dimana dari jumlah tersebut untuk hutan mangrove yang mengalami kerusakan mencapai angka 49540 hektar, demikian diungkapkan Kepala Bidang (Kabid) Pengelolaan DAS dan Rehabilitasi Hutan dan Lahan (RHL) Dinas Kehutanan Provinsi Sumsel Sutomo saat diwawancarai diruang kerjanya, Rabu (21/12/2022).
Dikatakan Kabid Pengelolaan DAS dan RHL Dinas Kehutanan Sumsel Sutomo, bahwa untuk Provinsi Sumsel sendiri memiliki lahan 171629 hektar hutan mangrove yang berada dari Kabupaten Banyuasin dan Kabupaten Ogan Komering Ilir (OKI) dan Taman Nasional Sembilang.
Dimana saat ini sudah lumayan ada 49549 hektar yang rusak, yang harus direhab dan daripada itu karena terjadi degradasi.
“Karena fungsi ekosistem mangrove ini cukup bagus karena mampu menyerap karbon 3 kali lipat dari ekosistem yang lainnya,” ujarnya.
Kemudian, dimana provinsi Sumsel harus bangga, karena kita punya ekosistem mangrove yang cukup luas. Selain sebagai benteng pantai timur juga sebagai pijakan ikan-ikan di situ ternyata ada kehidupan pesisir yang cukup tinggi, dan oleh sebab itu keberadaan ini perlu dilindungi.
Untuk menjaga hutan mangrove tetap terjaga, maka dibentuklah kelompok kerja mangrove daerah (KKMD), dimana di dalam KKMD berperan untuk menjaga ekosistem mangrove di Sumsel.
“Ada beberapa provinsi yang terbentuk salah satunya adalah Sumsel, karena Sumsel sendiri memiliki mangrove yang lumayan luas,” ungkapnya.
Dilanjutkannya, dimana untuk melakukan pemulihan 49540 hektar hutan mangrove yang rusak atau terdegradasi, kita akan melakukan rehabilitasi dengan melakukan pembinaan kepada masyarakat. Kerusakan hutan mangrove ini disebabkan oleh petambak ilegal, illegal logging dan alih fungsi kawasan mangrove, dan yang paling banyak adalah petambak ilegal.
Dimana Pemprov Sumsel sendiri sedang mencari skema agar petambak jalan dan mangrove tetap lestari. Kita cari polanya, kita sekarang baru ada pembinaan dari Yayasan Konservasi Alam Nusantara.
“Tujuannya untuk pendampingan ke masyarakat petambak di pesisir untuk mencari pola dan skema yakni pola efektif untuk masyarakat kita ini dialihkan tapi tambaknya tetap jalan dan ekosistem di kawasan hutan mangrove tetap terjaga,” katanya.
Masih disampaikannya, dimana kita mengharapkan semua pihak, para pihak untuk ikut menyelamatkan mangrove. Sudah dilakukan rehab 60 hektar dan baru baru ini sudah dilaksanakan lagi rehab hutan mangrove untuk 61 hektar oleh OKI Pulp.
Saya berikan penilaian yang bagus untuk sekarang ini, dimana kepiting-kepiting itu sudah banyak sekali mulai kembali lagi ke habitatnya di mangrove terjaga lagi.
“OKI Pulp sudah merehabilitasi di pinggir pantai pantai Bangka. Kita pembinaannya dan yang mengerjakan, karena mereka punya kewajiban,” imbuhnya.
Masih dilanjutkannya, pengelolaan mangrove harus menjadi perhatian semua pihak, karena ekosistem mangrove ini menjadi ekosistem potensial yang punya nilai penting. Kalau kerusakan mangrove abrasi pantai angin dan sebagainya itu akan habis.
Runtuhan daun mangrove itu untuk pakan ikan, untuk berpijak dan bertelur jadi sangat penting untuk nelayan. Kawasan wilayah Pesisir itu kami harap jangan dirusak.
“Kita mencari semua skemanya seperti apa untuk sama-sama merehabilitasi hutan mangrove dengan menggandeng perusahaan diantaranya Sinar Mas, dan SKK Migas dan lainnya,” bebernya. (DNL)