Palembang, JNNews.co.id –Universitas Ida Bajumi (IBA) melaksanakan Kuliah Umum dan Bedah Buku Aliansi Demokrasi Rakyat (ALDERA) Potret Gerakan Politik Kaum Muda 1993-1999 dengan mengambil tema “Menyambut 25 Tahun Reformasi”. Kegiatan ini sendiri dipusatkan di aula kampus Universitas IBA Palembang, Jumat (27/1/2023)
Turut hadir didalam kuliah umum dan bedah buku ALDERA ini yakni Anggota VI Badan Pemeriksa Keuangan Republik Indonesia (BPK RI) Dr Pius Lustrilanang, S.IP.,M.SI.,CFRA.,CSFA, Rektor Universitas Ida Bajumi (IBA) Palembang DR Tarrech Rasyid, M.SI, dan sebagai narasumber yakni dari akademisi Universitas Ida Bajumi H Yudi Fahrian, S.H.,M.dan dari praktisi dan penggerak organisasi rakyat J J Polong, serta sebagai moderator Nabilah Juliyanti.
Dikatakan Rektor Universita IBA Dr Tarrech Rasyid, M.SI, dimana kalau dilihat dari kuliah umum dari Anggota VI BPK RI dan dialog buku tadi bisa diambil kesimpulan bahwa di berbagai negara termasuk negara Indonesia perubahan itu selalu dilakukan oleh anak-anak muda khususnya mahasiswa di Indonesia termasuk di berbagai daerah.
“Ini setiap perubahan selalu disertai oleh peran anak-anak muda. Itu terlihat dari sejarah kita di tahun 1945 anak-anak muda seperti Soekarno, Hatta, Syahril dan sebagainya,” ujarnya.
Kemudian, dimana di tahun 1966 ada Akbar Tanjung ada sebagainya, ditahun 1974 ada Tokoh peristiwa Malapetaka Lima Belas Januari (Malari) tahun 1974 Hariman Siregar, dan pada masa reformasi itu berbagai anak muda muncul. Dimana untuk demokrasi ini sendiri merupakan bagian dari cita-cita anak muda di masa reformasi.
“Tapi kalau kita lihat hari ini ancaman demokrasi terancam dengan adanya isu 3 periode, adanya isu penundaan pemilihan umum (pemilu) dan ini menjadi ancaman serius dari demokrasi,” ungkapnya.
Dilanjutkannya, bukan itu saja termasuk ada peraturan perundang-undangan (Perpu) terhadap Undang-Undang Cipta Kerja, yang jelas-jelas itu melanggar keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) dan itu jelas bertentangan dengan prinsip-prinsip demokrasi. Dimana yang artinya hari ini teman-teman yang memperjuangkan nilai-nilai demokrasi itu tentu saja akan melihat bagaimana Republik Indonesia kedepan.
“Dari peristiwa tadi dari diskusi tadi tentu saja teman-teman mahasiswa anak muda terinspirasi bagaimana meluruskan jalannya republik ini menjadi cita-cita berbangsa berkeadilan sosial,” katanya.
Menurut Anggota VI BPK RI DR Pius Lustrilanang, S.IP.,M.SI.,CFRA.,CSFA, dimana pada kuliah umum ini sendiri membahas tentang reformasi yang dilakukan menjelang jatuhnya rezim di zaman Presiden Republik Indonesia Soeharto. Dimana saya berharap, apa yang dilakukan oleh pemuda diilhami untuk bertanggung jawab terhadap kelangsungan demokrasi di Indonesia.
“Untuk buku ALDERA, Pius menjelaskan, intisari bukunya adalah tentang kegigihan anak-anak muda pada zaman itu yang mempunyai idealisme mempunyai militansi dan punya keinginan berkolaborasi,” imbuhnya.
Masih dilanjutkannya, sehingga membangun jaringan perlawanan antara mahasiswa, Lembaga Swadaya Masyarakat, partai politik aktivis, oposisi yang bekerja kurang lebih selama 20 tahun. Dimana anak muda zaman mana pun tetap sama memiliki ke kritisan terhadap apa yang terjadi. Saya percaya pada saat diperlukan mereka akan terpanggil akan turun ke jalan. Karena gerakan mahasiswa senantiasa menjadi gerakan moral.
“Dimana aktivis sudah berkontribusi untuk bangsa ini sesuai dengan bidangnya masing-masing. Dan untuk yang berada dilingkup kekuasaan contoh di legislatif mereka berjuang untuk Undang-Undang yang demokratis,” bebernya.
Begitu juga ditambahkan Aktivis Reforma Agraria dan Gerakan Keberdayaan Ki Edi Susilo, didalam buku ALDERA ini yang menarik adalah ALDERA itu salah satu aliansi gerakan di tahun sebelum reformasi atau revolusi 1998 itu yang pertama-tama kali mengusung kata rakyat. Padahal pada zaman itu, kata rakyat itu di identik kan sebagai perlawanan politik, dan ALDERA berani mengusung kata rakyat, lewat kata Aliansi Demokrasi Kerakyatan.
“Arti dari demokrasi kerakyatan sendiri itu menunjukkan watak dan karakter anak-anak muda yang tergabung didalam ALDERA,” ucapnya.
Ditambahkannya, dimana ini menarik untuk menjadi bahan kita referensi saat ini di era 4.0 atau 5.0 ini untuk menggalang kembali semangat kaum muda untuk berani melawan Tiran. Watak dari gerakan ALDERA ini adalah anti otoritarian, dimana ini adalah semangat yang cukup penting diwarisi oleh generasi sekarang. Dimana ini berkaca pada perlawanan penggulingan rezim Presiden RI Soeharto pada saat itu.
“Karena anti Otoritarian itu memiliki makna anti rezim yang tiran, ketika penguasa itu sudah tiran, maka buruk lah sebuah bangsa dan ALDERA mewarisi semangat itu,” jelasnya.(DNL)