Palembang, JNNews.co.id –Universitas Sriwijaya (UNSRI) hari ini melaksanakan gelar wisuda ke 163 bertempat di Fakultas Hukum Tower 8 Unsri Palembang, adapun jumlah mahasiswa yang diwisuda sebanyak yakni 880 orang, demikian diutarakan Rektor Unsri Prof Dr Ir H Anis Saggaff, MSCE., IPU., ASEAN.Eng saat diwawancarai usai Wisuda.
Dikatakan Prof Anis Saggaff, dimana saya berharap agar para alumni Unsri dapat berwirausaha sehingga menciptakan lapangan pekerjaan. Dimana Wisuda sekarang sudah menerapkan masih daring karena Pandemi Covid-19 masih naik lagi. Kita menunggu pemerintah kalau sudah dinyatakan clear, kedepan baru kita full wisuda tatap muka.
“Wisuda daring saat ini idak ada masalah, itulah gunanya teknologi secara daring kalau untuk berfoto bisa menemui Rektor,” ujarnya.
Kemudian, apa yang dipikirkan alumni sekarang ini adalah bagaimana setelah keluar dari pasca kampus, artinya mereka bekerja sesuai dengan keinginan. Sekarang generasi muda senang berwirausaha, dimana sekarang ini sedang lagi menjamur para anak muda berwirausaha. Mudah-mudahan setelah covid-19 ini, anak-anak bangsa kita yang muda-muda ini bisa berwirausaha.
“Karena sekolah itu sebenarnya meningkatkan pola pikir dan perhitungan yang matang yakni manajemen, dimana saat ini ada yang bias. Sehingga pemerintah jadi berat karena setelah tamat mau jadi Pegawai Negeri Sipil (PNS),” ungkapnya.
Dilanjutkannya, padahal sudah diketahui jumlah penerimaan PNS sangat sedikit tapi masih banyak yang menunggu untuk menjadi PNS. Karena mindsetnya belum terbuka. Dimana ini ada pergeseran, saya di era tahun 1970-an yang bekerja di Pemerintah Daerah (Pemda) itu kalau sekarang PNS dulu namanya Kota praja yang sekarang PNS itu tidak terlalu banyak.
“Mindsetnya orang dulu adalah berbisnis, karena orang pebisnis ini uangnya lebih banyak, dimana kondisi sekarang ini terbalik, lulusan Perguruan Tinggi ini mengejar untuk menjadi PNS,” katanya.
Masih dilanjutkannya, untuk generasi kedepan itu harus dibalik dikembalikan pola pikirnya agar mereka itu berbisnis. Apalagi kondisi dunia saat ini sudah terbuka, sehingga tidak bisa lagi menghalangi segala sesuatu tidak boleh. Karena sekarang seluruhnya sudah one word (satu dunia). Jadi yang paling penting tanah kita, bangsa kita dan aset kita itu dikelola oleh anak-anak bangsa.
“Perguruan Tinggi mempunyai kewajiban untuk itu jadi di dalam proses pendidikan jadi kita sampaikan ke mereka bahwa pasca kampus bukan berarti mencari pekerjaan di ruangan AC,” imbuhnya.
Masih disampaikannya, karena lulusan Perguruan Tinggi ini bertujuan untuk mengabdi kepada bangsa. Sumpahnya salah satunya akan mengamalkan semua ilmu yang didapat itu untuk kepentingan bangsa, negara tanah air bahkan siap mengabdi untuk masyarakat. Kalau yang ada mau menjadi karyawan sah saja tapi itu bukan tujuan nomor satu.
“Untuk perbandingan yang lulus yang masa lalu, yang masuk dengan yang lulus kita bandingkan yang sekarang ini ada peningkatan APK,” bebernya.
Ditambahkannya, artinya antara mahasiswa yang masuk dengan yang diwisuda tiap tahunnya, saat ini sudah mendekati sama. Didalam Peraturan Menteri (Permen) 44 mematok 5 tahun proses pembelajaran. Pada saat itu saya ditahun pertama menjadi Rektor, kita dalam waktu 5 tahun itu tamat berdasarkan Permen Kemendikbudristek nomor 44 itu sudah jalan.
“Tapi ada dari Perguruan Tinggi Swasta sedikit berat mencapai itu. Sehingga mereka protes Kementeri lan. Sehingga Kemendikbudristek kembalikan lagi ke tujuh tahun untuk S1. Kita Unsri sudah tetapkan 5 tahun untuk S1 paling lama,” jelasnya.(DNL)